Part 1
Hari ini begitu cerah, daun-daun
nampaknya sudah kembali menghijau karena guyuran hujan semalam. Angin kembali
berhembus dengan segar, tak ada lagi abu yang bertebaran. Semuanya telah
kembali bersih setelah beberapa hari yang lalu kota istemewa ini terkena dampak
abu vulkanik dari gunung Kelud. Sepekan ini manusia seperti ninja, karena
kemana-mana mengenakan masker dan penutup kepala, dan hari ini Yogyakarta, 24
febuari 2014 semuanya telah kembali seperti semula.
Hiruk-pikuk kendaraan tidak lagi membuat
debu bertebaran. “sepertinya hujan semalam telah membersihkan debu kota ini”
gumam seorang gadis yang sedang mengendarai sepeda motor. Gadis tersebut
menyusuri jalan Perumnas menuju sebuah kampus islam negeri yang ada di
Yogyakata. Ia menyempatkan mampir ke foto copy untuk mengambil jilidan skripsi.
“sudah jadi belum Mas, skripsi ku?”
“oh ya, bentar Mba, ini” sambil
memberikan setumpuk skripsi dan tebal dengan sampul ungu.
“busyet, banyak amat mas, kemarin aku
cuma jilid satu lho mas. Yang banyak kan udah, ini hanya kurang makanya satu”
“kemarin warna apa ya mba?”
“warna kuning mas”.
“Oh iya, ini…” sambil memberikan nota dan
skripsi yang telah jadi.
“pinten Mas?”
“empat belas ribu wae”
“yuhu…”sambil Ia mengeluarkan dompet dan
membayar kepada tukang foto copyan.
Kembali Ia mengendari motor Vega menuju
kampus yang letaknya tidak jauh dari foto copyan. Langkah kakinya terdengar
terburu-buru menuju ruang jurusan.
“ assalamualaikum…”
“walaikum salam, Eh Suci..gimana-gimana?”
sambut Pak Fajrur. Pak Fajrur adalah ketua jurusan yang ramah dan baik.
“ini Pak mau nyerahin skripsi, maaf ya pak
baru dikasih sekarang soalnya kemarin kurang he he..” iya, gak papa, yang
penting amanah”
“bapak kemarin Soft dan hard copy ya pa, monggo
pak”
“oh,,saya dikasih juga softnya, waduh
makasih ya Suci”
“iya, kemarin bapak bilang soft dan hard copy”
“
oh gitu. Iya makasih ya”
“iya pak sama-sama”
“
geh pun Pak”. “iya ^_^”.
Gadis itu menuju kemeja sekrtaris jurusan
karena beliau kemarin juga menjadi dosen penguji waktu munaqosah.
“Pak Pajar, ini soft copy yang bapak
minta kemarin, maaf ya pak baru suci kasih”
“iya, gak papa, makasih ya”. “iya pak,
sama-sama”
“ya sudah pak, saya pamit dulu,
assalamualaikum…”
“walaikum salam…eh suci, nduk…nduk..”
terdengar ibu Ning, seorang TU jurusan memanggil namanya.
“iya Bu, pripun?”
“sertifikat OPAKnya di kumpulin ya nduk”
“oo geh bu, yang asli atau yang foto
copyan Bu?”
“yang fotocopyan saja, yang asli kamu simpan.
Buat data saja karna kemarin kamu belum ngumpulin”
“oo iya Bu, siapppp he he”.
dengan langkah anggun Ia meninggalkan ruangan, senyum bangga dan haru Nampak
terlihat dari rona wajahnya, Ia menuju keperpustakaan. Perpustakaan baginya
adalah tempat yang paling nyaman dan mendukung untuk sekedar membaca ataupun
hanya sekedar online. “hmmm…ngadem dulu lah” gumamnya. Ia naik menuju lantai
dua. Lantai dua adalah tempat di perpus yang paling asik menurutnya. Karena disana tersedia bermacam
majalah, surat kabar, jurnal dan bacaan-bacaan yang cocok dibaca saat santai.
“suciiiii…..udah mau wisuda kok masih
keperpus?” Tanya Meta, Ia adalah seorang
tuna daksa. “he he..gak papa tho, kangen je”.
Tidak berapa lama Ia melangkah tiba-tiba
Riyan, teman satu angkatan namun berbeda jurusan menyapa
“
hey, Suci…waduh-waduh wes arep wisuda kok iseh neng perpus”. Pertanyaan yang hampir sama teman sebelumnya.
“ he he..gak papa”,
“aku kangen ama perpus Yan”
“oalahhhh…”
ia melihat-lihat dan mencari bangku yang kosong, hari ini perpustakaan sangat
ramai. Hal itu terlihat dari penuhnya bangku. Padahal biasanya banyak bangku
yang tersisa. Ia mendekati seorang perempuan yang tengah asik berbisik-bisik
dengan teman didekatnya. Ini yang sangat Ia sukai, meskipun ramai dikunjungi
namun, suasanya hening, tidak ada mahasiswa yang berbicara keras dan buat
keributan.
“maaf mba, ini bangkunya ada orangnya tidak mba?”
“oh,, silahkan mba, tidak ada”
Ia duduk, lalu membuka netbook berwarna
pink. Behenti sejenak dan teringat
betapa berat dan penuh makna perjalanan pendidikannya untuk mengenyam bangku
kuliah. Entah dengan kata apa Ia harus mengucap syukur dan keajaiban ini. Tidak
bisa terbayangkan seorang perempuan desa dari latar belakang menengah kebawah
ternyata Ia bisa dengan bermodalkan keyakinan. Sebenarnya Ia bukanlah gadis
cerdas, tapi patut diakui bahwa Ia adalah sosok gadis yang tekun dan tidak
pantang menyerah. Keyakinannya begitu kuat untuk belajar. Baginya, “ tidak ada kata terlambat untuk
belajar”. Ia selalu yakin dan berdoa agar segala urusan rizqi selalu dipermudahkan,
dan dia juga ingat dengan sabda Nabi Muhammad “Malaikat merendahkan sayapnya untuk orang yang
sedang menuntut ilmu.”
Jejak
SMA
Hai sahabat,,kenalin nama aku Mami
Suciati. Aku lahir dan besar di Lampung, tepatnya disuatu daerah kecil pekon Srikaton yang ada di
kecamatan Semaka, kabupaten Tanggamus. di lampung aku dipanggil Mami. Kalau di rumah biasanya
aku dipanggil Mintul kadang juga dipanggil Nok (panggilan paling kece…#menurut
aqu).Hmmm…mungkin karena dulu aku gendut dan pipiku kayak bakpau makanya aku
dipanggil Mintul.
Masa sekolah tentunya menjadi masa yang
paling menyenangkan bukan? Karena, kita pasti punya cerita unik dan sampai
sekarang masih ingat. Nah, disini aku juga punya nih cerita yang sampe sekarang
masih keinget banget. Dengerin yahhh..
Waktu
SD, hmmm…waktu SD bisa dibilang badanku
paling kecil dan pendek diantara temen2 yang laen, tepatnya imut he he…. Hal
yang paling inget adalah ketika pelajaran penjaskes (kalo sekarang olahraga).
Pasti dalam hati langsung muncul
pertanyaan “kenapa?”
okee…olahraga menurut aku adalah pelajaran yang membuat aku sakit. Karena
setiap olahraga besoknya kaki pada biru dan kaku semua. Bahkan buat jalanpun sakit.
“ekstrim bangettt”
Yaah gitu deh,,sampe sekarang aku masih
kepikiran kenapa dulu olahraga sampe kayak gitu. Kayaknya sekarang juga masih
sama deh. Bayangin aja, masak olahraga disuruh lari jauh banget, keliling
kampung kurang lebih 2km dan itu sampe
2/3 kali puteran. Kalo gak gitu olahraganya permainan kasti dan aku selalu kena
bola.
“huhh..lengkap sudah penderitaan pada
pelajaran olahraga”hiks…hiks…
Alhasil setiap pelajaran olahraga aku
buat jurus hehe..
Jurus
pertama pura-pura lupa bawa kaos olahraga
xixixi….
jurus kedua pura-pura sakit he he…
Jurus
ketiga kalau pas lari selalu cari jalan pintas
(motong jalan), kalo kasti tukang ngambilin bola. Soalnya temen2 gak ada yang
mau satu kelompok sama aku kalo kasti. Alamat jaga terus deh he he…
Dulu aku selalu berfikir “apa aku kena
kutukan olahrga ya?” tapi menurutku bukan hal yang menyedihkan tapi lucu.
Soalnya setiap habis olahraga temen2 pada ngos-ngosan dan aku paling-Cuma
disuruh meringkas buku kalo gak bawa baju olahraga. Itupun sepertinya
ringkasanku gak pernah dikoreksi lagi deh. Seandainya dikumpulin mungkin dah
bisa dikiloin. Bayangin aja dari kelas 3 – 6 SD kutukan olahraganya gak
ilang-ilang he he…
Ada lagi nih cerita di SD yang jelas
teringat sampe sekarang, mau tau gak?
Gini,,nih…
waktu aku SD ada guru yang paling ditakutiinn…
“sesremm…”
Namanya Bapak Suradi. Beliau pintar Matematika,
bahasa inggris dan Menyanyi. Saking pinternya, beliau selalu marah kalo ada
siswanya yang gak paham2, gak ngerjain tugas atau gak bisa jawab waktu dikasih
pertanyaan dikelas.
metode yang paling sering digunakan adalah “mencongang” (berhitung, tanpa menggunakan
coretan dan tulisan).
Waktu itu entah hari apa aku lupa.
Tepatnya aku duduk dibangku kelas 2 SD.
“seperti biasa suasana kelas selalu
hening, tak ada suara apapun”
Pak Suradi bertanya: “ siapa yang betul
semua?”
aku dan semua temen2 “diam semua”
beliau Tanya lagi “ siapa yang salahnya cuma satu?”
“dan semuanya tetap diam”.
Sampai temen2 baru ada yang mengacungkan tangan pertama karena dia betul 4.
“dalam hati aku bersorak, ternyata nilai temen2 pada kompak. Gak ada yang
bagus, jadi walaupun dihukum temennya banyak hehe..”
(udah salah, dihukum, seneng, bangga lagi he he)
Entah waktu itu mahluk jenis apa yang
membisikin Pak Suradi karena 1 kelas dihukum tidak boleh pulang sampai semuanya
paham.
hohoho….
kebayang gak sih, anak kelas 2 SD zaman dulu tahun 1996. Biasanya tu pulangnya
jam 11/12. Dan tau gak, waktu itu sampe
jam 2 sekolahan udah sepi. Kita satu kelas gak boleh pulang. Sambil tetap
diawasi Pak Suradi.
hmmm…,and than karna aku anak
kesayangan bapak he he. Kuatir mungkin yaa. Aku dijemput sama bapak. Bapak
adalah temennya Pak Suradi dan mengajar pada sekolahan yang sama.
“bapak tiba2 sudah didepan pintu, sambil melambaikan tangan. Tanda bahwa aku
disuruh keluar dan pulang.” Sepertinya bapak sudah tau kalo kita satu kelas
dihukum.
bapak “ berdiri tepat didepan pintu : Nok,,ayo pulang..sudah sore. Sambil
melambaikan tangan kearahku.”
“kenapa Pak,,sudah jam 2 lewat kok anak-anak belum dipulangin?” Tanya bapak
kepada Pak Suradi.
Pak Suradi :” ini anak2 belum paham2 lho Pak”
Bapak: “sini…sini..Nok pulang. Kasian pasti udah lapar”.
Pak Suradi: “ya udah,,ketua dipimpin Doa.siap2 kita pulang”
anak-anak “ ekspresi senang mereka sangat kelihatan, begitu keluar kelas
langsung pada ngoceh dan sebel kepada Pak Suradi.
begitu keluar aku langsung ditanya bapak terus aku dikasih uang.
hari itu aku sangat senang. Karena bapak sangat saying dan perhatian dengan
aku. Dan seperti biasa setiap kali aku habis dimarahin baik itu oleh ibu,
maupun dapat hukuman di kelas pasti setelahnya kalo aku bisa mengakui kesalahan
dan mengambil hikmah aku langsung dikasih uang sama Bapak.
waktu itu, masa kecil adalah masa yang
sangat indah buat aku. Karena aku memilki bapak dan ibu yang sangat perhatian
dan pendidikan yang berbeda disbanding dengan temen2 seusiaku. Disaat temen2 bergantian
bersepeda yang sudah using, aku tanpa meminta dibelikan sepedah ungu dengan keranjang didepan. Disaat temen2 yang
lain belajar menggunakan penerang dari lampu ublik (lampu dari kaleng bekas dan minyak tanah) di rumah sudah terpasang listrik, disaat temen2 butuh hiburan TV,
di rumah sudah tersedia dan setiap malam selalu ramai dikunjungi orang untuk
nonton tv dan disaat temen2 rumahnya baru berupa papan dan gedhek (anyaman dari bambu), dirumah sudah tembok.
Mengadu nasib ke
tangerang
Dari pekerja borongan
sampai karyawan kontrak
Menggapai cita
Aku bisa diantara mereka
Jejak perjalanan
kuliahku
Hampir putus asa
Surat untuk bapak
Bencana di jogja
Lega sudah
Persembahan untuk bapak
Bersambung....
Kisah Perjalan Hidup Mami Suciati