Abstrak
Danang Kusnadi
Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem alami yang di dalamnya terdapat keanekaragaman jenis baik flora ataupun fauna. Sebagai ekosistem alami keseimbangan ekosistem hutan terjaga dengan baik karena belum ada campur tangan manusia. Peralihan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan tentunya akan berakibat pada keanekaragaman hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kestabilan ekosistem hayati pendukung pada perkebunan kelapa sawit dan karet di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara dan memperoleh strategi pengelolaan perkebunan yang tepat agar fungsi ekosistem komponen hayati pendukung yang ada tetap stabil.
Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman, satwa dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah garis berpetak, dengan petak 20m x 20m digunakan untuk mengumpulkan data jenis pohon, 10m x 10m digunakan untuk mengumpulkan data jenis anak pohon, 5m x 5m digunakan untuk mengumpulkan data jenis tumbuhan bawah dan 2m x 2m digunakan untuk mengumpulkan data jenis rumput. Keberadaan satwa atau hewan, teknik yang
digunakan adalah wawancara dan identifikasi jejak hewan (feses dan sarang). Data sosial diperoleh dengan wawancara mendalam kepada masyarakat. Teknik analisis data menggunakan Program Exel 2007 dan Analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kestabilam komponen hayati pendukung ekosistem di perkebunan kelapa sawit dan karet ditinjau dari aspek nilai indeks keanekaragaman hayati (H′) berada dalam kategori rendah, pada vegetasi perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), tingkat anak pohon (0,57), tingkat tumbuhan bawah (0,83), dan tingkat rumput (1,22). Sedangkan pada vegetasi perkebunan tanaman karet (Hevea brasiliensis) pada tingkat pohon (0,04), tingkat anak pohon (0,50), tingkat tumbuhan bawah (0,61), dan tingkat rumput (1,42). Berdasarkan analisis SWOT ada dua strategi untuk pengelolaan berbasis komponen hayati pendukung kestabilan ekosistem yakni (1). Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lateks dan tandan buah segar (TBS) dengan tetap memanfaatkan tanaman cover crop, tanaman sela, menggunakan pupuk organik, memanfaatkan klon tanaman karet dan kelapa sawit yang berkualitas, memanfaatkan obat perangsang untuk meningkatkan produktivitas dan penghentian penggunaan herbisida dosis tinggi dengan tetap mematuhi perundang-undangan. (2). Meningkatkan sumber dayamanusia (SDM) petani untuk mengetahui pentingnya kestabilan ekosistem di perkebunan kelapa sawit dan karet, pemupukkan yang sesuai kebutuhan unsur hara tanah, agar pemanenan mengikuti standar operasional prosedur (SOP), orientasi perkebunan bukan hanya pada hasil produksi melainkan juga kestabilan ekosistem,
untuk tidak meninggalkan sistem pengelolaan yang telah ada sebelumnya.
Kata kunci : Strategi pengelolaan lahan, perkebunan karet, perkebunan sawit, kestabilan ekosistem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar