KAJIAN FLORISTIK KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DI HUTAN PINUS MUNTUK, KEC. DLINGO, KAB. BANTUL YOGYAKARTA

Abstrak
Muhammad Ghoitsun Nada


Hutan Pinus Muntuk dikelola RPH Mangunan tergolong hutan homogen karena 90% bagian tajuk atasnya tersusun oleh satu jenis pohon yaitu pohon Pinus, lokasinya berada pada ketinggian > 350 m dpl dengan jenis tanah latosol.Tumbuhan pada hutan tersebut merupakan Lahan yang kering sehingga hanya tumbuhan tertentu yang mampu bertahan hidup, sehingga penelitian sangat penting untuk mempelajari jenis jenis tumbuhan apa saja yang ada di kawasan hutan tersebut guna mempertahankan plasma nuthfah serta perlindungan sumberdaya alam pada tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2011, dengan menggunakan metode penjelajahan. 

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 61 spesies keanekaragaman tumbuhan di Hutan Pinus yang terdiri dari 7 pohon, 39 semak, 5 paku-pakuan, 2 herba, dan 8 rumput. Semua spesies tumbuhan ini terdapat dalam 33 famili. Famili yang dominan adalah Asteraceae dengan jumlah 10 spesies, kemudian diikuti oleh Poaceae 7 spesies, Euporbiaceae sebanyak 4 spesies, Polypodiaceae, Rubiaceae, Verbenaceae, Papilionaceae (3 spesies), Mimosaceae, Myrtaceae (2 spesies ) dan Acanthaceae, Anacardiaceae, Arecaceae, Bromeliaceae, Caesalpiniacea, Caricaceae, Convolvulaceae, Cyperaceae, Leeacea, Liliaceae, Menispermae, Melastomataceae, Meliaceae, Musaceae, Myrisinaceae, Oxalidaceae, Passifloraceae, Pteridaceae, Pinaceae, Piperaceae, Sapindaceae, Smilacaceae, Taccaceae, Zyngiberaceae (1 spesies).

Kata kunci: Jenis tumbuhan, Kajian Floristik.

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Hutan Pinus merkusii dan Acacia auriculiformis Di RPH Mangunan Bantul Yogyakarta.

ABSTRAK
Muhammad Said

Hutan Pinus merkusii dan Hutan Acacia auriculiformis di RPH Mangunan adalah hutan lindung yang terletak di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari struktur vegetasi tumbuhan bawah, indeks keanekaragaman serta kondisi fisik tanah (Suhu, pH dan Kelembaban tanah) hutan Pinus merkusii dan Acacia auriculiformis di RPH Mangunan Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode plot kuadrat, plot diletakkan sepanjang garis transek secara sistematis dan berurutan. Parameter vegetasi yang diukur meliputi Densitas, Densitas relatif, Frekuensi, Frekuensi relatif, Dominansi, Dominansi relatif, Indeks nilai penting dan Indeks diversitas. Parameter abiotik yang diukur adalah pH tanah, suhu tanah, kelembaban tanah dan ketinggian tempat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada ketinggian 517-536 m dpl struktur vegetasi tumbuhan bawah hutan Pinus tingkat semak dan herba berdasarkan nilai penting tertinggi ditemukan pada Dryopteris rufescens (40,37) dan Ardisia humilis (35,58) sedangkan tingkat rumput ditemukan pada Ischaemum sp (225.85) dan Oplismenus burmanni (48,66). Di hutan Akasia tingkat semak dan herba berdasarkan nilai penting tertinggi ditemukan pada Ardisia humilis (34,73) dan Centela asiatica Urb. (29,84). Sedangkan tingkat rumput ditemukan pada Ischaemum muticum (179,80) dan Paspalum conjugatum Berg (32,22). Nilai indeks keanekaragaman tingkat semak di hutan Pinus (1.34) dan Akasia (1,47) tergolong kriteria sedang, sedangkan untuk tingkat rumput tergolong kriteria sangat rendah (0.35) dan (0,56). Parameter abiotik di hutan Pinus adalah suhu tanah 25,6 0C, pH 6,5 dan kelembaban 75,6 %. Sedangkan di hutan Akasia adalahsuhu 27,33 0C, pH 6,75, dan kelembaban 71 %.
Kata kunci: Tumbuhan bawah, hutan Pinus, hutan Akasia, parameter vegetasi, nilai penting, indeks keanekaragaman, parameter abiotik.

OPTIMASI ZAT PENGATUR TUMBUH NAA (Napthalene Aceticacid) DAN BAP (Benzylaminopurine) PADA PEMBENTUKAN PLANLET TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobillis) SECARA IN VITRO

Abstrak
Intarti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum medium NAA (Napthalene aceticacid) dan BAP (Benzylaminopurine) yang perlu ditambahkan ke dalam medium kultur in vitro untuk penggandaan tunas dan penggandaan akar dalam membentuk planlet jeruk siam (Citrus nobillis). Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan variasi NAA dan BAP pada medium dengan perbandingan 0,05:0,31 mg/L (N1B5), 0,14:0,18 mg/L (N3B3) dan 0,23: 0,06 mg/L (N5B1). Masing-masing perlakuan dilakukan dengan 5 kali ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium N5B1 merupakan medium yang paling optimal untuk penggandaan tunas (meliputi: jumlah tunas, jumlah daun dan panjang tunas) maupun penggandaan akar (meliputi: jumlah akar dan panjang akar). Media dengan proporsi N5B1, menghasilkan jumlah planlet jeruk siam (Citrus nobillis) paling banyak yaitu 5 buah. Hasil Viabilitas (kemampuan tumbuh) planet jeruk siam (Citrus nobillis) menunjukkan planletmampu bertahan di lingkungan luar terhadap kontaminasi jamur dan bakteri.

Kata kunci: Jeruk siam (Citrus nobillis), Planlet, NAA (Napthalene aceticacid), BAP (Benzylaminopurine).

INVENTARISASI VEGETASI TINGKAT TUMBUHAN BAWAH PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI HUTAN RAKYAT SELOPAMIORO IMOGIRI

ABTRAKSI
Firdaus Auliya

Hutan Rakyat Selopamioro adalah hutan heterogen dengan kondisi ekologis yang unik, yaitu memiliki topografi datar hingga bergelombang sampai ketinggian >380 mdpl. Sebagian tanahnya berupa tanah karst yang membentuk lahan kritis sehingga hanya tumbuhan tertentu yang dapat hidup. Penelitian ini betujuan untuk mempelajari tumbuhan bawah apa saja yang ada di kawasan tersebut serta bagaimana respon tumbuhan terhadap perbedaan ketinggian guna mempertahankan plasma nutfah serta pelestarian tumbuhan bawah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 dengan menggunakan metode jelajah.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 76 spesies dari 29 famili dan 19 ordo tumbuhan bawah penyusun vegetasi hutan rakyat yang terdiri dari semak, herba dan rumput. Spesies yang diperoleh termasuk dalam 29 famili, yang didominasi oleh famili Asteraceae, Euphorbiaceae,dan Poaceae. Menurut hasil penelitian diketahui bahwa ketinggian dan factor fisik mempengaruhi keanekaragaman
tumbuhan bawah yang ditemukan pada Hutan Rakyat Selpamioro Imogiri. Beberapa tumbuhan bawah yang selalu ditemukan pada setiap ketinggian adalah Sambiloto (Andrographis paniculata), Kangkungan (Ipomoea reptana), Tapak liman (Elephantopus scaber), Kirinyu (Eupathorium odoratum), Udulan (Kyllinga monocephala), dan Paspalum conjugatum.

Kata kunci: Tumuhan bawah, Hutan Rakyat Selopamioro.

E - GOVERNMENT PADA KECAMATAN PRINGSEWU

Abstrak
Sri Sulastri

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini begitu pesat sejauh mana bangsa menguasai bidang teknologi dan informasi (IT). Untuk membangun E–Government pada Kecamatan Pringsewu berbasis website. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penulis membuat beberapa diagram yaitu, DAD (diagram alir data), DFD (data flow diagram) dan flowchart. Dilanjutkan dengan mendesain web yang menggunakan kodingdan basisdata (database) MySQL. Dengan adanya E-Government pada Kecamatan Pringsewu dapat meningkatkan pelayanan dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada pada Kecamatan Pringsewu baik dalam hal penyampaian informasi dan pelayanan kepada masyarakat dengan mudah, cepat, efektif, dan efisien.



Kata kunci : Informasi, E-Government, Kecamatan Pringsewu.


IMPLEMENTASI E-COMMERCE SEBAGAI MEDIA PROMOSI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN UKM PRODUKSI KAIN PERCA DI KECAMATAN BANYUMAS

Abstrak
Hidayah Wati

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi signifikan dalam memicu pertumbuhan ekonomi. Industri kain perca merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam bidang pembuatan kerajinan tangan. Dengan adannya E-commerce pada UKM Kain Perca di Kecamatan Banyumas dapat membantu dalam mempromosikan dan memasarkan hasil kerajinan tangan kain perca sehingga dapat dikenal masyarakat luas tentang produk-produk yang telah dihasilkan. Jenis penelitian adalah kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara survei dan wawancara langsung dengan narasumber. Untuk meningkatkan pendapatan UKM Kain Perca di Kecamatan Banyumas penulis membuat E-commerce kemudian membuat beberapa rancangan sistem yaitu Diagram Alir Data (Flowchart), Diagram Konteks,  dan Data Flow Diagram (DFD),  dilanjutkan dengan mendesain web menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL.

Kata kunci: E - Commerce, UKM, Website.

Strategi Pengelolaan Perkebunan Berbasis Komponen Hayati Pendukung, pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan

Abstrak
Danang Kusnadi

Hutan merupakan satu kesatuan ekosistem alami yang di dalamnya terdapat keanekaragaman jenis baik flora ataupun fauna. Sebagai ekosistem alami keseimbangan ekosistem hutan terjaga dengan baik karena belum ada campur tangan manusia. Peralihan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan tentunya akan berakibat pada keanekaragaman hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kestabilan ekosistem hayati pendukung pada perkebunan kelapa sawit dan karet di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara dan memperoleh strategi pengelolaan perkebunan yang tepat agar fungsi ekosistem komponen hayati pendukung yang ada tetap stabil.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman, satwa dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah garis berpetak, dengan petak 20m x 20m digunakan untuk mengumpulkan data jenis pohon, 10m x 10m digunakan untuk mengumpulkan data jenis anak pohon, 5m x 5m digunakan untuk mengumpulkan data jenis tumbuhan bawah dan 2m x 2m digunakan untuk mengumpulkan data jenis rumput. Keberadaan satwa atau hewan, teknik yang
digunakan adalah wawancara dan identifikasi jejak hewan (feses dan sarang). Data sosial diperoleh dengan wawancara mendalam kepada masyarakat. Teknik analisis data menggunakan Program Exel 2007 dan Analisis SWOT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kestabilam komponen hayati pendukung ekosistem di perkebunan kelapa sawit dan karet ditinjau dari aspek nilai indeks keanekaragaman hayati (H′) berada dalam kategori rendah, pada vegetasi perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), tingkat anak pohon (0,57), tingkat tumbuhan bawah (0,83), dan tingkat rumput (1,22). Sedangkan pada vegetasi perkebunan tanaman karet (Hevea brasiliensis) pada tingkat pohon (0,04), tingkat anak pohon (0,50), tingkat tumbuhan bawah (0,61), dan tingkat rumput (1,42). Berdasarkan analisis SWOT ada dua strategi untuk pengelolaan berbasis komponen hayati pendukung kestabilan ekosistem yakni (1). Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lateks dan tandan buah segar (TBS) dengan tetap memanfaatkan tanaman cover crop, tanaman sela, menggunakan pupuk organik, memanfaatkan klon tanaman karet dan kelapa sawit yang berkualitas, memanfaatkan obat perangsang untuk meningkatkan produktivitas dan penghentian penggunaan herbisida dosis tinggi dengan tetap mematuhi perundang-undangan. (2). Meningkatkan sumber dayamanusia (SDM) petani untuk mengetahui pentingnya kestabilan ekosistem di perkebunan kelapa sawit dan karet, pemupukkan yang sesuai kebutuhan unsur hara tanah, agar pemanenan mengikuti standar operasional prosedur (SOP), orientasi perkebunan bukan hanya pada hasil produksi melainkan juga kestabilan ekosistem,
untuk tidak meninggalkan sistem pengelolaan yang telah ada sebelumnya.

Kata kunci : Strategi pengelolaan lahan, perkebunan karet, perkebunan sawit, kestabilan ekosistem.